miércoles, 20 de septiembre de 2017
Kata Pengantar untuk Final Kompetisi Piano Nusantara, Agustus 2017
Following my article for The Jakarta Post I posted a few days ago, here is my own writing for the program book of the Final Round of Kompetisi Piano Nusantara 2017. This is a competition held in several cities (as you can read in the previous entry) and the Finals are in Jakarta, where winners of the regional semi finals are given scholarship to Jakarta to join the finals and to join masterclasses. This is in Indonesian, so please use google translate. It's talking (and to be precise, lamenting) about the conditions of piano competitions in Indonesia that is wildly proliferating and, some of them, lacking qualities. ............................................................................................................................................
Dear para pemenang, ............................................................................................................................................
Kompetisi Piano Nusantara edisi pertama sudah sampai di penghujung, dan kami para penyelenggara ingin mengucapkan selamat kepada anda semua, para pemenang. Anda bukan hanya pemenang kompetisi piano, tapi pemenang dalam kehidupan. Soalnya, seorang pemenang adalah seseorang yang mengenali talenta yang diberikan Tuhan, mendedikasikan hidupnya dengan fokus untuk mengembangkannya menjadi ketrampilan, dan menggunakan ketrampilan ini untuk meraih cita-citanya yang nantinya akan berguna buat orang banyak (yang akan lebih baik lagi kalau bukan hanya untuk orang-orang terdekatnya yang berpendapat, berpandangan politik atau beragama yang sama). ............................................................................................................................................
Ini adalah kompetisi untuk membuat kita semua jadi lebih baik, bukan hanya ajang guru-guru rebutan murid atau berusaha membuat kelompok sendiri untuk menjatuhkan kelompok (baca: sekolah musik) yang lain. Kompetisi ini ditujukan untuk generazi Z yang katanya lebih tidak fokus daripada generasi milenial karena adanya social media dan gadgets, yang attention span-nya juga lebih rendah tapi lebih serba-bisa; lebih individual, lebih global, berpikiran lebih terbuka, lebih cepat terjun ke dunia kerja dan profesionalisme, lebih toleran dan tentu saja lebih ramah teknologi. Menurut saya, inilah generasi paling berpengaruh, unik, dan beragam dari yang pernah ada dalam sejarah manusia. Di generasi Z lah kita menaruh harapan bahwa musik sastra Indonesia bisa bersanding dengan musik negara-negara lain yang sudah lebih dahulu maju, atau .... yang tidak bisa mempertahankan supremasinya seperti di beberapa negara asalnya di Eropa. Generasi Z lah yang akan mengerti bagaimana mengimplementasikan musik sastra Indonesia untuk kemakmuran dan menaikkan kecerdasan bangsa di saat jurang perbedaan semakin lebar antara yang kaya dan yang miskin, yang progresif dan yang konservatif, yang terdidik dan yang tertinggal karena termakan tipuan atau iming-iming surga dari ajaran-ajaran agama yang sesat. Dan ini semua harus dilakukan di era social media yang merajai kehidupan kita serta media cetak yang besok lusa akan punah. ............................................................................................................................................
Sometimes we win, sometimes we learn. Dan di Kompetisi Piano Nusantara ini, we are all winners, tapi juga we are all learners, trying to be better than we are now. ............................................................................................................................................
Ananda Sukarlan,
twitter & IG : @anandasukarlan