Now that's very fine, Mr. President, what you said about change. Most people are so conservative that they are afraid of any changes. In fact, one gets older in order to get settled down, and "well-established" instead of "seeking change, new life and new civilations". If one is comfortable with something, why change it, right? But what about this thing that happens to me now ? I am feeling a kind of change ... in my music. And it's not me who wanted this change. Now, that's ok, considering that I've been in and out writing music for the last 20 years, and I did have some changes in my musical language in the past. I do envy Rachmaninov who had been so consistent throughout his life. Even all his 4 piano concerti ends in the same manner: pam papapam !! (as if there are no other ways to end a piece of music). Oh yeah, I just finished my Rapsodia Nusantara no.4 a few days ago, and I was making sure that the ending is different from the 1st, 2nd and 3rd he he ..
Now back to change .. the thing is that I think I like my music more and more. I still am a Britten and Stravinsky wannabe, but hey, I write music because I want to listen to it and nobody has written it, that's why I write it down, right ? And then I know that many people also likes my music, and although I keep on telling this bulls**t to myself that "artists write not for people, but to express what they believe", I do feel flattered every time I realize that my music can "move" someone. Together with this change in my musical language, I also realized that I like new kinds of music which I wasn't really fond of previously. Two "H" composers have been my favorite lately : Hindemith and Hans Werner Henze. In the latter case, I even know him personally, and still wasn't a big fan of his music. Until recently, for the last few weeks.
So, what kind of change is happening ? First of all, with my 4th Rapsodia, I did something, an experiment if you like to call it so, which I never did before. I wrote about my method of composing in this blog about last month. At last it has 10 variations, but I couldn't avoid feeling rather jittery when I finished writing the variations, having 10 pieces of puzzle to construct. Even some silly questions popped up, such as "Why should the bare & naked theme appear in the beginning?" I still don't know if my "4th" would work as a solid construction, but that's the risk if one wants to "change". A work of art is never finished, said Paul Valery, and this phrase could serve as a big consolation in times like this ..
Another change is the harmony in my music : it's getting darker, and even thicker. Now usually when one gets older, his music tends to be simpler, more transparent. Just listen to all those guys : Beethoven, Liszt, oh well, most of them. And the bad news is ... I think you won't like it, folks. It's less "accessible", and shall we say, more "difficult listening" (in need for a better opposite of "easy listening").
Oh well, enough for now. Let me just go and boldly change. To seek out new music and new ideas .. Make it so, Number One! Energize !!
jueves, 21 de mayo de 2009
domingo, 3 de mayo de 2009
Cinta bung, bukan kebencian
Kali ini saya harus mencoba menulis dalam bahasa Indonesia, karena saya mengharapkan "mereka" membaca. Dan "mereka", saya yakin, tidak bisa bahasa Inggris. Dan kalaupun membaca dalam bahasa Indonesia, semoga mereka tidak salah interpretasi. Soalnya, membaca itu juga adalah suatu yang harus dibiasakan dan dilatih, bukan semata-mata bisa membaca alias tidak buta huruf.
Tulisan saya ini mengenai tiga hal, dan keduanya menyangkut salah interpretasi dari kegiatan kami yang menyangkut film "Romeo - Juliet", dan terkait pula dengan kejadian pemukulan terhadap sutradara dan beberapa anggota tim R-J di Bandung Sabtu lalu. Inilah tiga hal yang sekarang sering disebut-sebut oleh banyak emails ke kami :
1. "R-J adalah tentang konflik dan kebencian". Bukan! Begini bung, di setiap kisah atau karya seni itu harus ada kontras. Lukisan itu tidak bisa hanya satu warna.Untuk menonjolkan satu warna, harus ada warna yang kurang menonjol, atau "dikorbankan". Musik itu tidak bisa hanya satu melodi. Nah, di satu cerita itu juga harus ada kontras. R-J itu ingin mengisahkan sebuah kisah cinta. Jadi elemen kontrasnya, yaitu kebencian, ya terpaksa harus ada! Tapi fokusnya tetap saja ke cinta. Tapi kalau anda memang sudah penuh dengan kebencian dan sampah-sampah lain di dalam diri anda, ya pastilah anda hanya lihat hal-hal tersebut saja. Yang paling penting, yaitu cinta 2 sejoli itu, malah nggak kelihatan. Cinta itu ada, bung. Cinta itu eksis, dan kalau dicari pasti dapat (wong nggak dicari aja dapet kok !) .
Jadi, R-J itu bukannya mau menyebarkan kebencian, tapi justru kebalikannya. Ya tentu saja harus diperlihatkan sisi konfliktif dari dua grup itu, kalau tidak, bagaimana penonton mau mengerti ?
2. "Film R-J Andibachtiar Yusuf itu plagiat !" Nah, betul sekali ! Anda memang sangat intelek ! Memang itu plagiat, nyontek abis. Cerita itu sudah ditulis oleh pujangga terbesar dunia, William Shakespeare di abad 16 (silahkan google saja kalau tidak percaya). Dan setelah itu buuuuaaanyak sekali yang mengambil cerita itu dan diadaptasi seenaknya. Soalnya, kisah ini sangat penuh dengan metafora, dan sangat mencerminkan kehidupan siapapun. Mungkin itu adalah kisah cinta yang paling lengkap yang pernah ditulis.
Nah, yang nyontek itu bukan hanya penulis, sutradara film atau teater setelah Shakespeare. Bahkan komponis pun banyak yang nyontek! Coba google saja nama-nama Hector Berlioz, Tschaikovsky atau Prokofiev (aduh, 2 nama terakhir itu kok susah bener ya. Belum lagi nama penulis aslinya, Shakespeare), mereka pernah bikin karya yang sama persis judulnya. Tapi, soal contek-menyontek di dalam dunia seni itu adalah satu hal yang kalau dibicarakan nggak akan habis dalam 7 hari 7 malam dengan minum kopi satu gentong. Jadi ... gimana kalau saya pribadi mengakui saja .. ya kalau anda bilang ini nyontek, ya terserah deh bung!
3. "Andibachtiar Yusuf itu digebukin untuk promosi". Nah, kalau ini salah besar, bung. Kami semua yang terlibat di produksi ini memang berharap bahwa film ini ditonton oleh orang banyak, dan kami mengadakan promosi masing-masing. Cuma saja kami tidak segitu "putus asa" (desperate, dalam bhs Inggris) sampai sang sutradara rela digebuki supaya filmnya ditonton. Ini kecelakaan, bung! O ya, kalau saya ke Jakarta, jangan digebukin juga ya?
Nah, untuk anda semua yang doyan ngritik, kami sangat berterimakasih atas segala masukan anda. Tapi, jangan harap bahwa karena anda doyan ngritik dan doyan nggebukin sutradara film, kami anggap anda tuh "macho" loh ! Nggak keren deh ! Buat saya pribadi, lebih keren bisa bikin film lah! O ya, saya punya jawaban untuk para kritikus saya "O, jadi anda bisa bikin yang lebih bagus ya? Wow, salut, bung! Tapi kok nggak bikin?"
Kami hanya minta satu hal : tonton dulu filmnya, bung ! Baru boleh ngritik atau nggebukin sutradara ...
Ananda Sukarlan
penulis musik untuk "Romeo-Juliet"
Tulisan saya ini mengenai tiga hal, dan keduanya menyangkut salah interpretasi dari kegiatan kami yang menyangkut film "Romeo - Juliet", dan terkait pula dengan kejadian pemukulan terhadap sutradara dan beberapa anggota tim R-J di Bandung Sabtu lalu. Inilah tiga hal yang sekarang sering disebut-sebut oleh banyak emails ke kami :
1. "R-J adalah tentang konflik dan kebencian". Bukan! Begini bung, di setiap kisah atau karya seni itu harus ada kontras. Lukisan itu tidak bisa hanya satu warna.Untuk menonjolkan satu warna, harus ada warna yang kurang menonjol, atau "dikorbankan". Musik itu tidak bisa hanya satu melodi. Nah, di satu cerita itu juga harus ada kontras. R-J itu ingin mengisahkan sebuah kisah cinta. Jadi elemen kontrasnya, yaitu kebencian, ya terpaksa harus ada! Tapi fokusnya tetap saja ke cinta. Tapi kalau anda memang sudah penuh dengan kebencian dan sampah-sampah lain di dalam diri anda, ya pastilah anda hanya lihat hal-hal tersebut saja. Yang paling penting, yaitu cinta 2 sejoli itu, malah nggak kelihatan. Cinta itu ada, bung. Cinta itu eksis, dan kalau dicari pasti dapat (wong nggak dicari aja dapet kok !) .
Jadi, R-J itu bukannya mau menyebarkan kebencian, tapi justru kebalikannya. Ya tentu saja harus diperlihatkan sisi konfliktif dari dua grup itu, kalau tidak, bagaimana penonton mau mengerti ?
2. "Film R-J Andibachtiar Yusuf itu plagiat !" Nah, betul sekali ! Anda memang sangat intelek ! Memang itu plagiat, nyontek abis. Cerita itu sudah ditulis oleh pujangga terbesar dunia, William Shakespeare di abad 16 (silahkan google saja kalau tidak percaya). Dan setelah itu buuuuaaanyak sekali yang mengambil cerita itu dan diadaptasi seenaknya. Soalnya, kisah ini sangat penuh dengan metafora, dan sangat mencerminkan kehidupan siapapun. Mungkin itu adalah kisah cinta yang paling lengkap yang pernah ditulis.
Nah, yang nyontek itu bukan hanya penulis, sutradara film atau teater setelah Shakespeare. Bahkan komponis pun banyak yang nyontek! Coba google saja nama-nama Hector Berlioz, Tschaikovsky atau Prokofiev (aduh, 2 nama terakhir itu kok susah bener ya. Belum lagi nama penulis aslinya, Shakespeare), mereka pernah bikin karya yang sama persis judulnya. Tapi, soal contek-menyontek di dalam dunia seni itu adalah satu hal yang kalau dibicarakan nggak akan habis dalam 7 hari 7 malam dengan minum kopi satu gentong. Jadi ... gimana kalau saya pribadi mengakui saja .. ya kalau anda bilang ini nyontek, ya terserah deh bung!
3. "Andibachtiar Yusuf itu digebukin untuk promosi". Nah, kalau ini salah besar, bung. Kami semua yang terlibat di produksi ini memang berharap bahwa film ini ditonton oleh orang banyak, dan kami mengadakan promosi masing-masing. Cuma saja kami tidak segitu "putus asa" (desperate, dalam bhs Inggris) sampai sang sutradara rela digebuki supaya filmnya ditonton. Ini kecelakaan, bung! O ya, kalau saya ke Jakarta, jangan digebukin juga ya?
Nah, untuk anda semua yang doyan ngritik, kami sangat berterimakasih atas segala masukan anda. Tapi, jangan harap bahwa karena anda doyan ngritik dan doyan nggebukin sutradara film, kami anggap anda tuh "macho" loh ! Nggak keren deh ! Buat saya pribadi, lebih keren bisa bikin film lah! O ya, saya punya jawaban untuk para kritikus saya "O, jadi anda bisa bikin yang lebih bagus ya? Wow, salut, bung! Tapi kok nggak bikin?"
Kami hanya minta satu hal : tonton dulu filmnya, bung ! Baru boleh ngritik atau nggebukin sutradara ...
Ananda Sukarlan
penulis musik untuk "Romeo-Juliet"
Etiquetas:
Andibachtiar Yusuf,
Berlioz,
Hector,
Prokofiev,
Shakespeare,
Tschaikovsky
Suscribirse a:
Entradas (Atom)